“My body is not delicious”, itu kelakar salah seorang kawan
saat break di sesi diklat hari ini. Kami sama-sama tahu bahwa maksud dari
kelakar kawan ini adalah “Saya sedang tidak enak badan.” Bicara sedang tidak
enak badan, sebenarnya badan ini juga dalam kondisi yang tidak jauh beda
daripada kondisi yang dikelakarkan kawan tadi.
Badan yang sedang tidak enak sebenarnya adalah sinyal yang
diberikan oleh tubuh bahwa ada sesuatu yang tidak beres dengan dirinya. Kepala
yang pusing, misalnya, bisa jadi adalah sinyal bahwa perut sedang bermasalah. Badan
yang pegal-pegal, misalnya, bisa jadi adalah sinyal bahwa tubuh memerlukan
waktu untuk beristirahat. Ibarat batere, ia perlu diisi ulang (recharge).
Sinyal-sinyal yang dirasakan bisa jadi adalah respon tubuh
terhadap pengaruh-pengaruh fisik yang menimpanya. Bisa jadi, sinyal-sinyal itu juga berasal dari
pengaruh-pengaruh psikis. Seseorang yang berada dalam kondisi stres, misalnya,
bisa jadi perutnya terasa kembung, kepalanya pusing, kakinya pegal, dan
seterusnya. Akibat dari stres juga bisa berdampak pada emosi. Seseorang yang
mengalami stres seringkali uring-uringan, susah berkonsentrasi, dan bahkan
cenderung memperlihatkan perilaku yang tidak bersahabat.
Kawan, tulisan
ini mungkin jauh dari ranah ilmiah. Namun, kondisi-kondisi semacam itu sering kita alami. Masalahnya,
seberapa responsif kita merespon sinyal-sinyal itu. Mengacuhkannya, atau memperlakukan
jiwa dan raga ini dengan memberikan hak-haknya yang semestinya ia terima.
Jika bukan
kita yang memperhatikan diri kita sendiri, siapa lagi?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar