Kawan, saat
aku terlahir, hadir untuk kali yang pertama di dunia ini, Engkau dan yang
lainnya tersenyum. Bahkan sebagian di antara kalian ada yang tertawa. Kalaupun
di antara kalian ada yang menangis, dapat dipastikan tangisan itu adalah
tangisan bahagia. Sementera aku? Aku kalian biarkan menangis. Aku tak tahu
mengapa aku menangis.
Seiring pertumbuhanku, aku mulai belajar, dan aku mulai
mengerti. Aku mulai mengerti mengapa ada tawa, mengapa ada tangis. Tidak semua
tawa hadir karena datangnya kebahagiaan. Pun tidak semua tangis hadir karena
datangnya kesedihan. Tawa bisa hadir karena datangnya kebahagiaan, namun juga
kadang-kadang hadir karena datangnya kesedihan. Tangis bisa hadir karena
datangnya kesedihan, namun juga kadang-kadang hadir karena datangnya
kebahagiaan.
Kawan, kita tidak pernah tahu pasti sampai berapa lama
masa kita berselang. Namun tanda-tanda berakhirnya masa itu kadang-kadang bisa
kita rasakan. Hanya masing-masing kita yang bisa merasakannya. Yang menjadi
persoalan adalah ketika masa itu datang, masa di mana masa kita sudah tidak
lagi diperpanjang, masa di mana kita harus pulang, harus pergi, apakah
kepergian itu diiringi oleh tawa atau tangis? Di saat aku
benar-benar pergi meninggalkan kalian, apakah kalian menangis atau tertawa?
Kalaupun kalian menangis, apakah itu karena kalian sedih, atau karena kalian
bahagia? Kalaupun kalian tertawa, apakah itu karena kalian bahagia, atau karena
kalian sedih? Tentu, yang aku harapkan adalah kalian bersedih dengan
kepergianku, entah itu kalian menangis atau tertawa.
Kawan, datang dan pergi adalah bagian dari keseimbangan.
Seperti halnya siang dan malam, laki-laki dan perempuan, kiri dan kanan, atas
dan bawah, dan yang lainnya dan lainnya. Kepergian selalu diimbangangi dengan
kedatangan. Namun, ketika sebuah kepergian menjadi harapan sebagian besar
orang, apakah yang salah di sana? Atau tidak ada yang salah? Ataukah justru
sebagian besar orang itu yang salah? Hanya masing-masing kita yang bisa
menjawabnya. Tentu dengan segala kejujuran. Sebuah kejujuran yang didasarkan
pada nurani, nurani yang dituntun oleh cahaya ilahi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar