Sebuah kata yang manis serta alasan yang tepat dan jitu suatu saat bisa
menguntungkan jalan nasib seseorang. Ada cerita seperti ini:
Raja Khasru, Raja Persia, maniak ikan laut. Ia sangat hobi makan ikan-ikan
segar. Suatu ketika, saat ia sedang bersantai di luar istana, seorang nelayan
mendatanginya dengan membawa ikan dengan ukutan sangat besar.
Nelayan itu menghadiahkannya kepada Sang Raja. Tentu saja, Khasru begitu
girang. Melihat ikan itu, selera makannya bergairah. Tanpa pikir panjang, ia
langsung memerintahkan ajudannya untuk member nelayan itu hadia 4000 dirham.
Syirin, permaisuri raja yang sejak tadi menemaninya terlihat tidak suka
karena sang suami telah member hadiah begitu besat kepada nelayan itu. Akhirnya,
ketika nelayan itu sudah beranjak belum begitu jauh, ia menghardik Khasru, “Sangat
keliru apa yang Kanda lakukan. Sebab setelah ini Kanda member hadiah 4000
dirham kepada prajurit, mereka pasti kecewa dan mereka bilang bahwa engkau
menyamakan hadiah prajurit dengan hadiah seorang nelayan,” kata Syirin
menghasut.
“Benar juga apa yang Engkau katakana. Tapi sangat tidak pantas jika seorang
raja mengambil kembali apa yang telah ia berikan,” jawab Khasru.
“Kalau begitu, panggil saja nelayan tadi. Kemudian tanyakan kepadanya apakah
ikan ini laki-laki atau perempuan. Kalau ia bilang laki-laki, maka katakana bahwa
yang Engkau inginkan adalah ikan perempuan. Kalau ia bilang perempuan, katakana
bahwa yang Kauinginkan adalah ikan laki-laki.”
Khasru mematuhi saran istrinya. Ia betul-betul menyuruh ajudannya untuk
memanggil kembali di nelayan.
“Ikan ini laki-laki atau perempuan?” tanyanya ketika nelayan itu menghadap.
“Ini ikan banci, Baginda,” jawab nelayan.
Mendapat jawaban jenaka ini, Khasru terpingkal-pingkal dan ia menyuruh
ajudan untuk memberinya hadiah 4000 dirham lagi.
Si nelayan memasukkan 8000 dirham itu dalam karung, lalu ia memanggulnya. Ketika
ia melangkah hendak beranjak, ada sekeping dirham jatuh dari karungnya. Ia menurunkan
karung itu dari pundaknya lalu meletakkannya di tanah. Ia menunduk untuk
mengambil sekeping dirham yang jatuh itu.
Lagi-lagi Syirin menghasut Khasru. “Apa Engkau tidak melihat betapa hinanya
orang ini. Hanya karena satu dirham jatuh, ia menurunkan sekarung dirham dari
pundaknya. Ia masih begitu berat kehilangan satu dirham itu.”
Khasru murka. “Benar Engkau, wahi Syirin,” katanya. Si nelayan itu dipanggil
kembali.
“Hey, betapa serakahnya Engkau. Sudah dapat sekarung, masih begitu berat
kehilangan satu dirham!?” bentak Khasru.
Melihat Khasru marah, di nelayan menjawab dengan sangat cerdik. “Ampun,
Baginda. Yang sangat berharga bagi hamba bukan satu dirhamnya itu. Hamba mengambilnya
dari tanah karena di satu sisi mata uang ini tertulis nama Baginda. Sedangkan
di sisi yang lain terdapat ukiran wajah Baginda. Hamba khawatir ada orang bodoh
yang menginjak serta meremehkan nama dan gambar Baginda.”
Mendengar penjelasan itu, Khasru tersanjung dan terkagum-kagum. Ia kembali
memerintahkan ajudan untuk memberikan hadiah 4000 dirham lagi.
Setelah itu, Raja Persia ini menulis surat yang berisi pesan-pesan kepada
rakyatnya. Isinya: “Janganlah kalian mau patuh kepada perempuan. Jangan pula
menuruti jalan pikiran mereka.”
Makanya, jangan terlalu nurut sama perempuan! :-) :-) :-)
(Dikutip dari Anekdot Fauna, Ahmad Dairobi, Pustaka Sidogiri)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar